MORFOFONEMIK DALAM PROSES
AFIKSASI BAHASA SASAK DESA MONTONG BAAN KECAMATAN
SIKUR
LOMBOK TIMUR
Dosen pengampu
mata kuliah morfologi : Muh.Ardian Kurniawan,M.A.
MAKALAH
OLEH :
BAIQ INDAH
YUSDARANI
NPM:14450001 PBSI II-A
PROGRAM STUDY BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
(STKIP)HAMZANWADI SELONG
SELONG
TA.2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Setiap daerah memiliki bahasa yang berbeda.Bahasa daerah haruslah
dilestarikan.
Bahasa
sasak adalah salah satu bahasa yang
hidup dan berkembang di tengah masyarakat pemakai dan pendukungnya. Bahasa
Sasak dipakai oleh masyarakat Pulau Lombok, provinsi Nusa Tenggara Barat.
Bahasa ini mempunyai gradasi sebagaimana bahasa Bali dan bahasa Jawa. Bahasa
Sasak serumpun dengan bahasa Sumbawa. .
Dalam bahasa sasak ditemukan tiga
pola pembentukan kata,yaitu pengimbuhan, perulangan, dan pemajemukan (Jendra ,
dkk.,1978:151-197;Nazir dkk.,1979:24-63).Melalui ketiga proses itulah
bentukan-bentukan baru (derivasi) terjadi secara morfologis.
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti ‘bentuk’
dan kata logi yang berarti ‘ilmu’. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti
‘ilmu mengenai bentuk’. Dalam kajian linguistik, morfologi berarti ‘ilmu
mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata’, sedangkan di dalam kajian
biologi, morfologi berarti ’ilmu mengenai bentuk-bentuk sel-sel tumbuhan atau
jasad-jasad hidup’ (Chaer, 2008: 3). Jadi, dapat dijelaskan bahwa morfologi adalah cabang
dari ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk bentuk kata dan perubahannya
serta dampak dari perubahan itu terhadap arti (makana) dan kelas kata.
Seperti halnya bahasa Indonesia, salah satu gejala dalam bidang tata
bentukan kata dalam bahasa Sasak yang memiliki peluang permasalahan dan menarik
untuk dikaji adalah proses morfofonemik atau morfofonemis. Morfofonemik (
disebut juga morfonologi atau morfofonologi ) adalah kajian mengenai terjadinya
perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses
morfologi , baik proses afiksasi ,proses reduplikasi , maupun proses komposisi
(Chaer , 2008: 43 ).
Adanya kesalahan
berbahasa yang berkaitan dengan proses morfofonemik lebih disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Sasak. Permasalahan dalam morfonemik cukup variatif,
pertemuan antara morfem dasar dengan berbagai afiks sering menimbulkan
variasi-variasi baru dalam sebuah morfem . Misalnya, adanya
bentuk-bentuk pengkraiq(penggaruk)
dan penterik(penjatuh) dalam pemakaian bahasa Sasak. Sesuai dengan kaidah
morfofonemik, seharusnya bentuk yang benar adalah pengraiq dan penerik. Oleh karena itu,
kaidah-kaidah morfofonemik dalam bahasa Sasak perlu dipelajari agar kesalahan
penggunaannya dapat diminimalisasi
Fenomena itulah yang menarik bagi penulis untuk
melakukan pengkajian dan mencoba untuk memaparkan beberapa bentuk menyimpang
dalam bahasa Sasak
yang sering muncul dalam
komunikasi sehari-hari , sehingga memunculkan problematic dalam
bahasa Sasak.
Permasalahan morfofonemik
yang akan dibahas dalam
makalah
ini adalah seputar peluluhan fonem /k/, /p/, /t/, /s/
terutama terjadi jika sebuah bentuk dasar mendapatkan imbuhan peN- .
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai
berikut :
a. Bagaimanakah proses perubahan, penambahan , dan
penghilangan fonem pada morfofonemik dalam bahasa Sasak desa Montong Baan ?
b. Bagaimana bentuk-bentuk permasalahan morfofonemik penggunaan
bahasa Sasak dalam komunikasi sehari-hari masyarakat desa Montong Baan?
c. Bagaimana pemecahan permasalahan tersebut berdasarkan kaidah-kaidah
morfofonemik ?
1.3.Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka adapun tujuan dari penelitian
ini adalah :
a. Untuk mengetahui proses perubahan, penambahan , dan
penghilangan fonem pada morfofonemik dalam bahasa Sasak desa Montong Baan.
b. Untuk
mengetahui bentuk-bentuk permasalahan morfofonemik penggunaan bahasa
Sasak dalam komunikasi sehari-hari masyarakat desa Montong Baan .
c. Untuk mengetahui pemecahan masalah tersebut
berdasarkan kaidah-kaidah morfofonemik .
1.4.Manfaat
Berdasarkan
tujuan di atas , maka manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini
adalah :
a. Mahasiswa dapat mengetahui proses perubahan,
penambahan , dan penghilangan fonem pada morfofonemik dalam bahasa Sasak desa
Montong Baan.
b. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk-bentuk permasalahan
morfofonemik penggunaan bahasa Sasak dalam komunikasi sehari-hari masyarakat
desa Montong Baan .
c. Mahasiswa dapat mengetahui pemecahan masalah tersebut
berdasarkan kaidah-kaidah morfofonemik .
1.5.Teori
Sebagai
upaya mengkaji serta menganalisis permasalahan tersebut, penulis merujuk pada
beberapa pendapat pakar bahasa, seperti Ramlan , Harimurti , dan Chaer .
a. Menurut Ramlan (1983:73) ,morfofonemik memperlajari
perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan
morfem lain.
b. Morfofonemik ( disebut juga morfonologi atau
morfofonologi ) adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau
perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi , baik proses
afiksasi ,proses reduplikasi , maupun proses komposisi (Chaer , 2008: 43 ).
c. Proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia hanya
teerjadi dalam pertemuan realisasi morfem dasar (morfem) dengan realisasi afiks
(morfem) ,baik prefix , infiks , sufiks, maupun konfiks (Harimurti,2007:183).
Berdasarkan pengertian morfofonemik yang telah dikemukan linguis
tersebut, jelas bahwa morfofonemik sebagai suatu proses perubahan bahasa karena
ada proses morfemis yang berhubungan dengan tatanan fonologi.
Dengan perkataan lain dapat
dikatakan bahwa morfofonemik itu merupakan peristiwa fonologis yang terjadi
akibat adanya proses morfologis. Dalam hal ini kita
melihat adanya hubungan yang erat antara morfologi dengan fonologi.Hubungan yang
erat itu diperlihatkan ketika fonologi dapat membantu memecahakan persoalan
morfologi. Persoalan morfofonemik yang merupakan peristiwa morfologis tidak dapat
dipecahkan tanpa bantuan fonologi.
Kata morfofonemik sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kata
morfo (morfologi) dan fonemik. Seperti yang kita ketahui bahwa pembahasan
mengenai fonemik terdapat dalam bidang kajian Fonologi. Fonologi merupakan ilmu
tentang bunyi, yang mencakup segi bunyi bahasa, baik yang bersangkutan
pembentukan bunyi, bunyi sebagai getaran udara, dan bunyi yang terdengar
(dikaji oleh fonetik) maupun yang bersangkutan dengan fungsi bunyi dalam
komunikasi (dikaji oleh fonemik).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori menurut
Ramlan,karena perumusan teorinya sederana dan mudah untuk dipahami oleh
penulis, dalam teori ini Ramlan membagi proses morfofonemik menjadi (1) proses
perubahan fonem (2) proses penambahan fonem (3) proses penghilangan fonem dan
Kaidah morfofonemik.Berikut penjelasan terincinya :
1
Proses
Perubahan Fonem
Proses
perubahan fonem terjadi karena adanya pertemuan morfem meN- dan peN- dengan
bentuk dasarnya. Fonem /N/ pada kedua morfem berubah menjadi /m, n, ñ, dan ɳ/ , hingga morfem meN- berubah menjadi mem- , men- , meny- , dan
meng - , dan morfem peN- berubah menjadi pem- , pen- , peny- , dan peng- .
Perubahan-perubahan itu tergantung pada kondisi bentuk dasar yang mengikutinya.
Dalam hal ini bunyi /N/ harus berubah menjadi bunyi dasar yang articulator dan daerah artikulasinya sama homorgan dengan
bunyi pertama bentuk dasarnya. Misalnya, meN- berubah menjadi mem- apabila
melekat pada bentuk dasar yang diawali fonem /b/ sebab bunyi nasal yang
homorgan dengan /b/ adalah /m/.
Berikut
kaidah-kaidah perubahan bunyi nasal
(/N/) :
a. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi
fonem /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /p,b,f/.
b. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi
fonem /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /t,d,s/.Fonem
/s/ di sini hanya khusus bagi beberapa bentuk dasar yang berasal dari bahasa
asing yang masih mempertahankan keasingannya.
c. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi
fonem /ñ/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /c,s,j/.
d. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi
fonem /ɳ/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /k,g,x,h dan
vokal/.
2
Proses
Penambahan Fonem
Proses
penambahan fonem ,antara lain terjadi karena adanya pertemuan morfem meN-
dengan bentuk dasar yang terdiri atas satu suku kata .Fonem tambahannya adalah
/ə/ , sehingga meN- berubah menjadi menge- .Misalnya,
MeN-
+ bom è mengebom
Proses
penambahan fonem /ə/ terjadi karena
adanya pertemuan morfem peN- dengan bentuk dasar yang terdiri atas satu suku
kata , sehingga morfem peN- berubah menjadi penge-. Misalnya , peN- +
bor è pengebor
Pada contoh –contoh di atas ,jelaslah bahwa selain proses penambahan
fonem /ə/ , terjadi juga perubahan fonem , yaitu perubahan fonem /N/ menjadi
/n/ seperti yang telah dikemukakan pada pembahasan mengenai perubahan fonem .
3
Proses
Penghilangan Fonem
Proses hilangnya fonem /N/ pada meN- dan peN- terjadi karena adanya pertemuan
morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l,r,y,w,
dan nasal.
Fonem /r/ pada morfem ber-, per- , ,dan ter- hilang sebagai akibat
pertemuan morfem –morfem itu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/
dan bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /r/.
Fonem-fonem /p,t,s,k/ pada awal morfem hilang sebagai akibat pertemuan
morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem – fonem
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Perubahan , Penambahan , dan
Penghilangan Fonem pada Proses Morfofonemik
dalam Bahasa Sasak Desa Montong Baan .
Kaidah morfofonemik pada bagian ini dibatasi pada penggabungan
prefis peN-.
Pada bagian inilah sering dijumpai problematika peluluhan fonem /k, p, t, s/.
Berikut
ini diuraikan ketiga proses aturan atau kaidah morfofonemik dalam bahasa Sasak yang dibatasi pada penggabungan prefik
peN- beserta contohnya .
a) Perubahan
Fonem
Proses
perubahan fonem terjadi karena adanya pertemuan morfem peN- dengan bentuk
dasarnya. Fonem /N/ pada morfem berubah menjadi /m, n, ñ, dan ɳ/ , hingga morfem peN- berubah menjadi pem-
, pen- , peny- , dan peng- . Perubahan-perubahan itu tergantung pada kondisi
bentuk dasar yang mengikutinya.
Kaidah
–kaidah perubahan bunyi nasal (/N/) pada morfem peN- beserta contohnya :
1) Fonem /N/ pada morfem peN- berubah menjadi fonem /m/
apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /p,b,f/.Misalnya :
peN- + bisok
(cuci ) è pəmbisok ( pencuci )
peN- + bəlek
( besar ) èpəmbəlek ( pembesar )
peN- + birəɳ
( hitam ) èpəmbirəɳ ( penghitam )
peN- + beak
(merah ) èpəmbeak (pemerah )
peN- + bəliq
(balik ) èpəmbəliq ( pembalik )
peN- + bəit
( ambil ) èpəmbəit (pengambil)
peN- + belo
( panjang) èpəmbəlo (pemanjang)
peN- + putek ( putih ) è peəmutek ( pemutih )
peN- + pinəɳ
( pusing) èpəminəɳ ( pemusing)
peN- + pətəɳ
( gelap ) èpəmətəɳ(penggelap )
peN- +
pilek (pilih) èpəmilek(pemilih)
peN- +
petak ( cari) èpəmetak(pencari)
peN- + pənOk (banyak) èpəmənOk(pembanya)
Dalam bahasa Sasak desa
Montong Baan , bentuk dasar yang berawal fonem /f/ tidak tersedia. Sehingga, penulis tidak mencantumkan
contoh untuk bentuk dasar yang berawal dari fonem /f/ .
2) Fonem /N/ pada morfem peN- berubah menjadi fonem /n/
apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /t,d,s/.Fonem /s/ di sini
hanya khusus bagi beberapa bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing yang
masih mempertahankan keasingannya.Misalnya :
peN- + təteh(buang) àpənəteh(pembuang)
peN- + tərik(jatuh) àpənərik(penjatuh)
peN- +
tukah(tukar) àpənukah(penukar)
peN- + tuluɳ(tolong) àpənuluɳ(penolong)
peN- + dəit(temu
) àpəndəit(penemu)
3) Fonem /N/ pada morfem peN- berubah menjadi fonem /ñ/
apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /c,s,j/.Misalnya :
peN- + sioɳ(goreng) àpənyioɳ(penggoreng)
peN- + sioɳ(goreng) àpənyioɳ(penggoreng)
peN- + səpuh(sapu) àpənyəpuh(penyapu)
peN- + səraɳ(sisir) àpənyəraɳ(penyisir)
peN- + sədut(bakar) àpənyədut(pembakar)
peN- + sərik(hapus) àpənyərik(penghapus)
peN- +
sedOq(centong) àpənyedOq(pencentong)
peN- + jələq(dorong) àpənjələq(pendorong)
peN- + jəlok(jemur) àpənjəlok(penjemur)
peN- + jəuk(bawa) àpənjəuk(pembawa)
Dalam bahasa Sasak desa
Montong Baan , bentuk dasar yang berawal fonem /c/ tidak tersedia. Sehingga, penulis tidak mencantumkan
contoh untuk bentuk dasar yang berawal dari fonem /c/ .
4) Fonem /N/ pada morfem peN- berubah menjadi fonem /ɳ/
apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /k,g,x,h dan
vokal/.Misalnya:
peN- + əntuk(tarik) àpəɳətuk(penarik)
peN- + əntuk(tarik) àpəɳətuk(penarik)
peN- + əwis(sabit) àpəɳəwis(penyabit)
peN- + kəlak(masak) àpəɳəlak(pemasak)
peN- +
kraiq(garuk) àpəɳraiq(penggaruk)
peN- + kəlik(gali) àpəɳəlik(penggali)
peN- + kodək(kecil) àpəɳodek(pengecil)
peN- + kəcaq
(banting) àpəɳəcaq(pembanting)
peN- + gəro(kering) àpəɳgəro(pengering)
peN- + gəcOq(potong) àpəɳgəcOq(pemotong)
peN- + irak(ajak) àpəɳiraq(pengajak)
peN- + inəm(minum) àpəɳinəm(peminum)
peN- + OlOk(sindir) àpəɳOlOk(penyindir)
peN- + OpOɳ(angkat
) àpəɳOpOɳ(pengangkat)
peN- +
ajak(bohong) àpəɳajak(pembohong)
peN- + ukiq(korek) àpəɳukiq(pengorek)
Dalam bahasa Sasak desa
Montong Baan , bentuk dasar yang berawal fonem /h,dan x/ tidak tersedia. Sehingga, penulis tidak mencantumkan
contoh untuk bentuk dasar yang berawal dari fonem /h,dan x/ .
a)
Proses Penambahan Fonem
Proses penambahan fonem ,antara lain terjadi karena adanya pertemuan
morfem peN- dengan bentuk dasar yang terdiri atas satu suku kata .Fonem
tambahannya adalah /ə/ , sehingga peN- berubah menjadi penge- .Misalnya,
peN- + mpuq (pukul) àpəɳəmpuq(pemukul)
b)
Proses Penghilangan Fonem
Proses hilangnya fonem /N/ pada peN- terjadi karena adanya pertemuan
morfem peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l,r,y,w, dan
nasal.Contoh :
peN- + luek(banyak) àpəluek(pembanyak)
peN- + lukek(kupas) àpəlukek(pengupas)
peN- + ləkak(lepas) àpələkak(pelepas)
peN- + rəɳik(gurih) àpərəɳik(penggurih)
peN- + rəɳah(dengar) àpərəɳah(pendengar)
Fonem-fonem /p,t,s,k/ pada awal morfem hilang sebagai akibat pertemuan
morfem peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem – fonem tersebut.
Contoh:
peN- + pOlaq(patah) àpəmOlaq(pematah)
peN- + təlaɳ(hilang) àpənəlaɳ(penghilang)
peN- + sodok(titip) àpəñodok(penitip)
peN- +
kraiq(garuk) àpəɳraiq(penggaruk)
2.2. Permasalahan
Morfofonemik dalam Bahasa Sasak Desa Montong Baan dan Pemecahannya.
2.2.1. Permasalahan
peluluhan fonem /k/
Contoh dalam komunikasi sehari-hari masyarakat Sasak
desa Montong Baan :
a) əpə tə kəwih pəkocet
suərə tv nu ?
apa kita pakai
mengecilkan suara tv itu ?
b) səi jəri pəkəlak əik olek to ?
siapa jadi
pemasak air di sana ?
c) Silak , bəit pəɳkraiq nu olek bale ninik !
Ayok, ambil
penggaruk itu di rumah nenek !
Dalam
kaidah morfofonemik, fonem /N/ pada peN- berubah menjadi /ŋ/ apa bila bentuk
dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k, g, x, h, dan vokal/. Jadi,
bentuk pəkocet
, pəkəlak, dan pəɳkraiq adalah bentuk yang
salah. Bentuk yang benar
adalah
pəɳocet , pəɳəlak , dan pəɳraiq
.
2.2.2.
Permasalahan peluluhan fonem /t/
Contoh
dalam komunikasi sehari-hari masyarakat Sasak desa Montong Baan :
a) Luek taok nə jəri pətulung , niə
ndek girang abot.
Banyak tempatnya
jadi penolong , dia tidak sering males .
b) əpə tiang kəwih pətukah taɳkOɳ ni ?
apa saya
pakai menukar baju ini?
Dalam
kaidah morfofonemik, fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /n/
apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /t, d, s/. Jadi,
bentuk pətulung dan pətukah
tidak sesuai
dengan kaidah morfofonemik. Yang
sesuai dengan kaidah morfofonemik adalah bentuk kata pənuluɳ dan pənukah .
2.2.3.Permasalahan
peluluhan fonem/s/
Contoh dalam komunikasi sehari-hari masyarakat Sasak
desa Montong Baan :
a) Bəcat petak sik pəsərik ulət nu !
Cepat cari untuk
mengusir ulat itu !
b) Dəndək mələ jəri dəɳan pəsili !
Jangan
ingin jadi orang pemarah !
Dalam kaidah morfofonemik ,fonem /N/ pada morfem peN- dan meN- berubah
menjadi fonem /ñ/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya
berawal dengan /c,s,j/. Jadi , bentuk pəsərik dan pəsili pada contoh di
atas adalah bentuk yang salah .Bentuk yang benar adalah pəñərik dan pəñili .
2.2.4. Permasalahan
peluluhan fonem /p/
Contoh
dalam komunikasi sehari-hari masyarakat Sasak desa Montong Baan :
a) Ləmun mele pəputek muə , kəwih pupur wərnə putek dəndək kəwih sak wərnə
coklat.
Jika ingin
memutihkan wajah ,pakai bedak warna putih jangan pakai yang warna coklat.
b) pənOk masalah jəri pəpinəɳ otaq
banyak masalah
jadi pemusing otak
c) Kanaq – kanaq kocet jəri pəpənOk ruangan , dəɳan tOak
jəri olek luah
Anak-anak kecil
jadi pemenuh ruangan , orang tua jadi di luar
Menurut kaidah morfofonemik , awalan peN- akan berubah menjadi pem- jika melekat pada bentuk dasar
yang berawal dengan fonem /p/.
Jadi ,bentuk pəpinəɳ , pəpənOk
, dan pəputek adalah salah . Yang benar adalah pəminəɳ , pəmənOk
, dan pəmutek , karena fonem /p/ mengalami peluluhan .
BAB
III
PENUTUP
3.1.Simpulan
Morfofonemik
adalah cabang linguistik yang mempelajari perubahan bunyi yang diakibatkan oleh
adanya pengelompokkan morfem. Ramlan membagi proses morfofonemik menjadi
tiga proses ,yakni proses perubahan fonem ,proses penambahan fonem , dan proses penghilangan fonem beserta Kaidah
morfofonemik.
Dalam proses perubahan fonem ,bentuk
dasar yang berawal dari fonem /f,c,h, x/ tidak terdapat dalam bahasa Sasak desa
Montong Baan .Jadi , kaidah morfofonemik dalam bahasa Sasak desa Montong Baan tidak
berlaku pada perubahan fonem N pada
morfem peN- berubah menjadi fonem /m,ñ, ɳ/
yang diikuti bentuk dasar berupa fonem /f,c,h,
x/
Dalam proses penambahan fonem
,tidak banyak kata yang mengalami penambahan fonem dalam bahasa Sasak desa
Montong Baan.
Dalam proses penghilangan fonem ,bentuk dasar yang berawal dari fonem /w
, y / tidak terdapat dalam bahasa Sasak desa Montong Baan .Jadi , kaidah
morfofonemik dalam bahasa Sasak desa Montong Baan tidak berlaku pada hilangnya
fonem N pada morfem peN- yang diikuti
bentuk dasar berupa fonem /w , y/.
Kaidah morfofonemik pada bagian penggabungan prefix
peN- sering dijumpai permasalahan
peluluhan fonem /k,t,s, p/ terutama pada penggunaan bahasa Sasak dalam
berkomunikasi . Dengan adanya kaidah morfofonemik yang berlaku dalam bahasa
Sasak desa Montong Baan permasalahan tersebut dapat terpecahkan.
3.2.Saran
Penulis menyadari akan kekurangan dalam makalah
ini.Jadi,agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa atau pembaca,maka penulis harapkan kritik yang
membangun dari anda sekalian, untuk penulis lebih bisa baik dan sempurna lagi
dalam pembuatan makalah ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer , Abdul . 2008 .Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta :
Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukkan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Nazir
Thoir,dkk. 2001. Kamus Bahasa
Sasak-Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka.
Ramlan,M. 1983. Morfologi
: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta : UP Karyono.
Sutawijaya,dkk. 1996. Morfologi Bahasa Indonesia . Jakarta : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Morfologi. Bandung : Angkasa.
No comments:
Post a Comment