Sunday 21 June 2015

makalah : problematika morfofonemik bahasa sasak desa montong baan


MORFOFONEMIK DALAM PROSES AFIKSASI  BAHASA SASAK DESA MONTONG BAAN KECAMATAN SIKUR
LOMBOK TIMUR
Dosen pengampu mata kuliah morfologi : Muh.Ardian Kurniawan,M.A.


MAKALAH

OLEH :


BAIQ INDAH YUSDARANI
NPM:14450001          PBSI II-A






PROGRAM STUDY BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP)HAMZANWADI SELONG
SELONG
TA.2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Setiap daerah memiliki bahasa yang berbeda.Bahasa daerah haruslah dilestarikan.
Bahasa sasak adalah salah satu  bahasa yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat pemakai dan pendukungnya. Bahasa Sasak dipakai oleh masyarakat Pulau Lombok, provinsi Nusa Tenggara Barat. Bahasa ini mempunyai gradasi sebagaimana bahasa Bali dan bahasa Jawa. Bahasa Sasak serumpun dengan bahasa Sumbawa. .
 Dalam bahasa sasak ditemukan tiga pola pembentukan kata,yaitu pengimbuhan, perulangan, dan pemajemukan (Jendra , dkk.,1978:151-197;Nazir dkk.,1979:24-63).Melalui ketiga proses itulah bentukan-bentukan baru (derivasi) terjadi secara morfologis.
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti ‘bentuk’ dan kata logi yang berarti ‘ilmu’. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti ‘ilmu mengenai bentuk’. Dalam kajian linguistik, morfologi berarti ‘ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata’, sedangkan di dalam kajian biologi, morfologi berarti ’ilmu mengenai bentuk-bentuk sel-sel tumbuhan atau jasad-jasad hidup’ (Chaer, 2008: 3). Jadi, dapat dijelaskan bahwa morfologi adalah cabang dari ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk bentuk kata dan perubahannya serta dampak dari perubahan itu terhadap arti (makana) dan kelas kata.
Seperti halnya bahasa Indonesia, salah satu gejala dalam bidang tata bentukan kata dalam bahasa Sasak yang memiliki peluang permasalahan dan menarik untuk dikaji adalah proses morfofonemik atau morfofonemis. Morfofonemik ( disebut juga morfonologi atau morfofonologi ) adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi , baik proses afiksasi ,proses reduplikasi , maupun proses komposisi (Chaer , 2008: 43 ).
Adanya kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan proses morfofonemik lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Sasak. Permasalahan dalam morfonemik cukup variatif, pertemuan antara morfem dasar dengan berbagai afiks sering menimbulkan variasi-variasi baru dalam sebuah morfem . Misalnya, adanya bentuk-bentuk pengkraiq(penggaruk) dan penterik(penjatuh) dalam pemakaian bahasa Sasak. Sesuai dengan kaidah morfofonemik, seharusnya bentuk yang benar adalah pengraiq dan penerik. Oleh karena itu, kaidah-kaidah morfofonemik dalam bahasa Sasak perlu dipelajari agar kesalahan penggunaannya dapat diminimalisasi
Fenomena itulah yang menarik bagi penulis untuk melakukan pengkajian dan mencoba untuk  memaparkan beberapa bentuk menyimpang dalam bahasa Sasak yang sering muncul dalam komunikasi sehari-hari , sehingga memunculkan problematic dalam bahasa Sasak. Permasalahan morfofonemik yang akan dibahas dalam makalah ini adalah seputar  peluluhan fonem  /k/, /p/, /t/, /s/ terutama terjadi jika sebuah bentuk dasar mendapatkan imbuhan peN- .

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
a.       Bagaimanakah proses perubahan, penambahan , dan penghilangan fonem pada morfofonemik dalam bahasa Sasak desa Montong Baan ?
b.      Bagaimana bentuk-bentuk permasalahan morfofonemik penggunaan bahasa Sasak dalam komunikasi sehari-hari masyarakat desa Montong Baan?
c.       Bagaimana pemecahan permasalahan  tersebut berdasarkan kaidah-kaidah morfofonemik ?

1.3.Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
a.       Untuk mengetahui proses perubahan, penambahan , dan penghilangan fonem pada morfofonemik dalam bahasa Sasak desa Montong Baan.
b.      Untuk  mengetahui bentuk-bentuk permasalahan morfofonemik penggunaan bahasa Sasak dalam komunikasi sehari-hari masyarakat desa Montong Baan .
c.       Untuk mengetahui pemecahan masalah tersebut berdasarkan kaidah-kaidah morfofonemik .

1.4.Manfaat

Berdasarkan tujuan di atas , maka manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini
adalah :
a.       Mahasiswa dapat mengetahui proses perubahan, penambahan , dan penghilangan fonem pada morfofonemik dalam bahasa Sasak desa Montong Baan.
b.      Mahasiswa dapat mengetahui bentuk-bentuk permasalahan morfofonemik penggunaan bahasa Sasak dalam komunikasi sehari-hari masyarakat desa Montong Baan .
c.       Mahasiswa dapat mengetahui pemecahan masalah tersebut berdasarkan kaidah-kaidah morfofonemik .

1.5.Teori
Sebagai upaya mengkaji serta menganalisis permasalahan tersebut, penulis merujuk pada beberapa pendapat pakar bahasa, seperti  Ramlan , Harimurti , dan Chaer .
a.       Menurut Ramlan (1983:73) ,morfofonemik memperlajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain.
b.      Morfofonemik ( disebut juga morfonologi atau morfofonologi ) adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi , baik proses afiksasi ,proses reduplikasi , maupun proses komposisi (Chaer , 2008: 43 ).
c.       Proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia hanya teerjadi dalam pertemuan realisasi morfem dasar (morfem) dengan realisasi afiks (morfem) ,baik prefix , infiks , sufiks, maupun konfiks (Harimurti,2007:183).
Berdasarkan pengertian morfofonemik yang telah dikemukan linguis tersebut, jelas bahwa morfofonemik sebagai suatu proses perubahan bahasa karena ada proses morfemis yang berhubungan dengan tatanan fonologi. Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa morfofonemik itu merupakan peristiwa fonologis yang terjadi akibat adanya proses morfologis. Dalam hal ini kita melihat adanya hubungan yang erat antara morfologi dengan fonologi.Hubungan  yang erat itu diperlihatkan ketika fonologi dapat membantu memecahakan persoalan morfologi. Persoalan morfofonemik yang merupakan peristiwa morfologis tidak dapat dipecahkan tanpa bantuan fonologi.
Kata morfofonemik sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kata morfo (morfologi) dan fonemik. Seperti yang kita ketahui bahwa pembahasan mengenai fonemik terdapat dalam bidang kajian Fonologi. Fonologi merupakan ilmu tentang bunyi, yang mencakup segi bunyi bahasa, baik yang bersangkutan pembentukan bunyi, bunyi sebagai getaran udara, dan bunyi yang terdengar (dikaji oleh fonetik) maupun yang bersangkutan dengan fungsi bunyi dalam komunikasi (dikaji oleh fonemik).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori menurut Ramlan,karena perumusan teorinya sederana dan mudah untuk dipahami oleh penulis, dalam teori ini Ramlan membagi proses morfofonemik menjadi (1) proses perubahan fonem (2) proses penambahan fonem (3) proses penghilangan fonem dan Kaidah morfofonemik.Berikut penjelasan terincinya :
1        Proses Perubahan Fonem
Proses perubahan fonem terjadi karena adanya pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasarnya. Fonem /N/ pada kedua morfem berubah menjadi /m, n, ñ, dan  ɳ/ , hingga morfem meN-  berubah menjadi mem- , men- , meny- , dan meng - , dan morfem peN- berubah menjadi pem- , pen- , peny- , dan peng- . Perubahan-perubahan itu tergantung pada kondisi bentuk dasar yang mengikutinya. Dalam hal ini bunyi /N/ harus berubah menjadi bunyi dasar yang articulator  dan daerah artikulasinya sama homorgan dengan bunyi pertama bentuk dasarnya. Misalnya, meN- berubah menjadi mem- apabila melekat pada bentuk dasar yang diawali fonem /b/ sebab bunyi nasal yang homorgan dengan /b/ adalah /m/.
            Berikut kaidah-kaidah perubahan bunyi  nasal (/N/) :
a.       Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi fonem /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /p,b,f/.
b.      Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /t,d,s/.Fonem /s/ di sini hanya khusus bagi beberapa bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing yang masih mempertahankan keasingannya.
c.       Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi fonem /ñ/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /c,s,j/.
d.      Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi fonem /ɳ/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /k,g,x,h dan vokal/.

2        Proses Penambahan Fonem
Proses penambahan fonem ,antara lain terjadi karena adanya pertemuan morfem meN- dengan bentuk dasar yang terdiri atas satu suku kata .Fonem tambahannya adalah /ə/ , sehingga meN- berubah menjadi menge- .Misalnya,
                 MeN-    +   bom  è mengebom
Proses penambahan fonem /ə/  terjadi karena adanya pertemuan morfem peN- dengan bentuk dasar yang terdiri atas satu suku kata , sehingga morfem peN- berubah menjadi penge-. Misalnya , peN-      +    bor    è pengebor
Pada contoh –contoh di atas ,jelaslah bahwa selain proses penambahan fonem /ə/ , terjadi juga perubahan fonem , yaitu perubahan fonem /N/ menjadi /n/ seperti yang telah dikemukakan pada pembahasan mengenai perubahan fonem .
3        Proses Penghilangan Fonem
Proses hilangnya fonem /N/ pada meN- dan peN- terjadi karena adanya pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l,r,y,w, dan nasal.
Fonem /r/ pada morfem ber-, per- , ,dan ter- hilang sebagai akibat pertemuan morfem –morfem itu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /r/.
Fonem-fonem /p,t,s,k/ pada awal morfem hilang sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem – fonem tersebut.

















BAB II
PEMBAHASAN


2.1.  Perubahan , Penambahan , dan Penghilangan Fonem pada Proses Morfofonemik 
        dalam Bahasa Sasak Desa Montong Baan .
Kaidah morfofonemik pada bagian ini dibatasi pada penggabungan prefis peN-. Pada bagian inilah sering dijumpai problematika peluluhan fonem /k, p, t, s/.
            Berikut ini diuraikan ketiga proses aturan atau kaidah morfofonemik dalam bahasa Sasak  yang dibatasi pada penggabungan prefik peN-  beserta contohnya .
a)      Perubahan Fonem
Proses perubahan fonem terjadi karena adanya pertemuan morfem peN- dengan bentuk dasarnya. Fonem /N/ pada morfem berubah menjadi /m, n, ñ, dan  ɳ/ , hingga morfem peN- berubah menjadi pem- , pen- , peny- , dan peng- . Perubahan-perubahan itu tergantung pada kondisi bentuk dasar yang mengikutinya.
Kaidah –kaidah perubahan bunyi nasal (/N/) pada morfem peN- beserta contohnya :
1)      Fonem /N/ pada morfem peN- berubah menjadi fonem /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /p,b,f/.Misalnya :
peN-  +  bisok (cuci )                    è pəmbisok ( pencuci )
peN-  +  bəlek ( besar )                  èpəmbəlek ( pembesar )
peN-  +  birəɳ ( hitam )                 èpəmbirəɳ ( penghitam )
peN-  +  beak (merah )                  èpəmbeak (pemerah )
peN-  +  bəliq (balik )                    èpəmbəliq ( pembalik )
peN-  +  bəit ( ambil )                    èpəmbəit (pengambil)
peN-  +  belo ( panjang)                èpəmbəlo (pemanjang)

peN-  + putek ( putih )                  è peəmutek ( pemutih )
peN-  +  pinəɳ ( pusing)                èpəminəɳ ( pemusing)
peN-  +  pətəɳ ( gelap )                 èpəmətəɳ(penggelap )
peN-  +  pilek (pilih)                      èpəmilek(pemilih)
peN-  +  petak ( cari)                     èpəmetak(pencari)
peN-  + pənOk (banyak)               èpəmənOk(pembanya)
Dalam bahasa Sasak desa Montong Baan , bentuk dasar yang berawal fonem /f/ tidak  tersedia. Sehingga, penulis tidak mencantumkan contoh untuk bentuk dasar yang berawal dari fonem /f/ .
2)      Fonem /N/ pada morfem peN- berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /t,d,s/.Fonem /s/ di sini hanya khusus bagi beberapa bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing yang masih mempertahankan keasingannya.Misalnya :
peN-  +  təteh(buang)                    àpənəteh(pembuang)
peN-   + tərik(jatuh)                      àpənərik(penjatuh)
peN-  +  tukah(tukar)                    àpənukah(penukar)
peN-  +  tuluɳ(tolong)                   àpənuluɳ(penolong)

peN-  +  dəit(temu )                      àpəndəit(penemu)
3)      Fonem /N/ pada morfem peN- berubah menjadi fonem /ñ/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /c,s,j/.Misalnya :
peN-  +  sioɳ(goreng)                   
àpənyioɳ(penggoreng)
peN-  +  səpuh(sapu)                     àpənyəpuh(penyapu)
peN-  +  səraɳ(sisir)                       àpənyəraɳ(penyisir)
peN-  +  sədut(bakar)                    àpənyədut(pembakar)
peN-  +  sərik(hapus)                     àpənyərik(penghapus)
peN-  +  sedOq(centong)              àpənyedOq(pencentong)
     
peN-  +  jələq(dorong)                  àpənjələq(pendorong)
peN-  +  jəlok(jemur)                     àpənjəlok(penjemur)
peN-  +  jəuk(bawa)                      àpənjəuk(pembawa)
Dalam bahasa Sasak desa Montong Baan , bentuk dasar yang berawal fonem /c/ tidak  tersedia. Sehingga, penulis tidak mencantumkan contoh untuk bentuk dasar yang berawal dari fonem /c/ .
4)      Fonem /N/ pada morfem peN- berubah menjadi fonem /ɳ/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /k,g,x,h dan vokal/.Misalnya:
peN-  +  əntuk(tarik)                    
àpəɳətuk(penarik)
peN-  +  əwis(sabit)                       àpəɳəwis(penyabit)
peN-  +  kəlak(masak)                   àpəɳəlak(pemasak)
peN-  +  kraiq(garuk)                    àpəɳraiq(penggaruk)
peN-  +  kəlik(gali)                        àpəɳəlik(penggali)
peN-  +  kodək(kecil)                    àpəɳodek(pengecil)
peN-  +  kəcaq (banting)               àpəɳəcaq(pembanting)
peN-  + gəro(kering)                     àpəɳgəro(pengering)
peN-  +  gəcOq(potong)                àpəɳgəcOq(pemotong)
peN-  + irak(ajak)                          àpəɳiraq(pengajak)
peN-  +  inəm(minum)                   àpəɳinəm(peminum)
peN-  + OlOk(sindir)                    àpəɳOlOk(penyindir)
peN-  +  OpOɳ(angkat )                àpəɳOpOɳ(pengangkat)
peN-  +  ajak(bohong)                   àpəɳajak(pembohong)
peN-  + ukiq(korek)                      àpəɳukiq(pengorek)
Dalam bahasa Sasak desa Montong Baan , bentuk dasar yang berawal fonem /h,dan x/ tidak  tersedia. Sehingga, penulis tidak mencantumkan contoh untuk bentuk dasar yang berawal dari fonem /h,dan x/ .
a)      Proses Penambahan Fonem
Proses penambahan fonem ,antara lain terjadi karena adanya pertemuan morfem peN- dengan bentuk dasar yang terdiri atas satu suku kata .Fonem tambahannya adalah /ə/ , sehingga peN- berubah menjadi penge- .Misalnya,
peN-  + mpuq (pukul)             àpəɳəmpuq(pemukul)

b)     Proses Penghilangan Fonem
Proses hilangnya fonem /N/ pada peN- terjadi karena adanya pertemuan morfem peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l,r,y,w, dan nasal.Contoh :
peN-  +  luek(banyak)             àpəluek(pembanyak)
peN-  +  lukek(kupas)             àpəlukek(pengupas)
peN-  +  ləkak(lepas)               àpələkak(pelepas)
peN-  + rəɳik(gurih)                àpərəɳik(penggurih)
peN-  + rəɳah(dengar)             àpərəɳah(pendengar)

Fonem-fonem /p,t,s,k/ pada awal morfem hilang sebagai akibat pertemuan morfem peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem – fonem tersebut.
Contoh:
peN-  + pOlaq(patah)              àpəmOlaq(pematah)
peN-  +  təlaɳ(hilang)              àpənəlaɳ(penghilang)
peN-  +  sodok(titip)               àpəñodok(penitip)
peN-  +  kraiq(garuk)              àpəɳraiq(penggaruk)
2.2.  Permasalahan Morfofonemik dalam Bahasa Sasak Desa Montong Baan dan Pemecahannya.
           
            2.2.1. Permasalahan peluluhan fonem /k/
                      Contoh dalam komunikasi sehari-hari masyarakat Sasak desa Montong Baan :
a)      əpə tə kəwih  pəkocet suərə tv nu ?
apa  kita pakai mengecilkan suara tv itu ?
b)      səi jəri pəkəlak əik olek to ?
siapa jadi pemasak air di sana ?
c)      Silak , bəit pəɳkraiq nu olek bale ninik  !
Ayok,  ambil penggaruk itu di rumah nenek !

Dalam kaidah morfofonemik, fonem /N/ pada peN- berubah menjadi /ŋ/ apa bila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k, g, x, h, dan vokal/. Jadi, bentuk pəkocet , pəkəlak, dan  pəɳkraiq adalah bentuk yang salah. Bentuk yang benar adalah pəɳocet , pəɳəlak , dan pəɳraiq .
            2.2.2. Permasalahan peluluhan fonem /t/
                     Contoh dalam komunikasi sehari-hari masyarakat Sasak desa Montong Baan :
a)      Luek taok nə jəri pətulung  , niə  ndek girang abot.
Banyak tempatnya jadi penolong , dia tidak sering males .
b)      əpə tiang kəwih pətukah taɳkOɳ ni ?
apa saya pakai menukar baju ini?
Dalam kaidah morfofonemik, fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /t, d, s/. Jadi, bentuk pətulung dan  pətukah tidak sesuai dengan kaidah morfofonemik. Yang sesuai dengan kaidah morfofonemik adalah bentuk kata pənuluɳ dan pənukah .

            2.2.3.Permasalahan peluluhan fonem/s/
                     Contoh dalam komunikasi sehari-hari masyarakat Sasak desa Montong Baan : 
a)      Bəcat petak sik pəsərik ulət nu !
Cepat cari untuk mengusir  ulat itu !
b)      Dəndək mələ jəri dəɳan pəsili !
Jangan ingin jadi orang pemarah !
Dalam kaidah morfofonemik ,fonem /N/ pada morfem peN-  dan meN- berubah
menjadi fonem /ñ/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /c,s,j/. Jadi , bentuk pəsərik dan pəsili pada contoh di atas adalah bentuk yang salah .Bentuk yang benar adalah pəñərik dan pəñili .

2.2.4. Permasalahan peluluhan fonem /p/
                      Contoh dalam komunikasi sehari-hari masyarakat Sasak desa Montong Baan : 
a)      Ləmun mele pəputek muə  , kəwih pupur wərnə putek dəndək kəwih sak wərnə coklat.
Jika ingin memutihkan wajah ,pakai bedak warna putih jangan pakai yang warna coklat.
b)      pənOk masalah jəri pəpinəɳ  otaq
banyak masalah jadi pemusing  otak
c)      Kanaq – kanaq kocet jəri pəpənOk ruangan , dəɳan tOak jəri olek luah
Anak-anak kecil jadi pemenuh ruangan , orang tua jadi di luar
Menurut kaidah morfofonemik , awalan peN- akan berubah menjadi pem- jika melekat pada bentuk dasar yang berawal dengan fonem /p/. Jadi ,bentuk  pəpinəɳ  , pəpənOk , dan pəputek adalah salah . Yang benar adalah pəminəɳ , pəmənOk , dan pəmutek , karena fonem /p/ mengalami peluluhan .



           


BAB III
PENUTUP
3.1.Simpulan
            Morfofonemik adalah cabang linguistik yang mempelajari perubahan bunyi yang diakibatkan oleh adanya pengelompokkan morfem.  Ramlan membagi proses morfofonemik menjadi tiga proses ,yakni proses perubahan fonem ,proses penambahan fonem , dan  proses penghilangan fonem beserta Kaidah morfofonemik.
            Dalam proses perubahan fonem ,bentuk dasar yang berawal dari fonem /f,c,h, x/ tidak terdapat dalam bahasa Sasak desa Montong Baan .Jadi , kaidah morfofonemik dalam bahasa Sasak desa Montong Baan tidak berlaku pada perubahan  fonem N pada morfem peN-  berubah menjadi fonem /m,ñ, ɳ/  yang diikuti bentuk dasar berupa fonem /f,c,h, x/
Dalam proses penambahan  fonem ,tidak banyak kata yang mengalami penambahan fonem dalam bahasa Sasak desa Montong Baan.
Dalam proses penghilangan fonem ,bentuk dasar yang berawal dari fonem /w , y / tidak terdapat dalam bahasa Sasak desa Montong Baan .Jadi , kaidah morfofonemik dalam bahasa Sasak desa Montong Baan tidak berlaku pada hilangnya fonem N pada morfem peN-  yang diikuti bentuk dasar berupa fonem /w , y/.
Kaidah morfofonemik pada bagian penggabungan prefix peN-  sering dijumpai permasalahan peluluhan fonem /k,t,s, p/ terutama pada penggunaan bahasa Sasak dalam berkomunikasi . Dengan adanya kaidah morfofonemik yang berlaku dalam bahasa Sasak desa Montong Baan permasalahan tersebut dapat terpecahkan.
3.2.Saran
Penulis menyadari akan kekurangan dalam makalah ini.Jadi,agar makalah ini dapat  bermanfaat bagi mahasiswa atau pembaca,maka penulis harapkan kritik yang membangun dari anda sekalian, untuk penulis lebih bisa baik dan sempurna lagi dalam pembuatan makalah ini selanjutnya.




DAFTAR PUSTAKA

Chaer , Abdul . 2008 .Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta :
Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukkan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
            PT Gramedia Pustaka Utama.
Nazir  Thoir,dkk. 2001. Kamus Bahasa Sasak-Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka.
Ramlan,M. 1983. Morfologi : Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta : UP Karyono.
Sutawijaya,dkk. 1996. Morfologi Bahasa Indonesia . Jakarta : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Morfologi. Bandung : Angkasa.

No comments:

Post a Comment